7 Tantangan Adopsi Teknologi di Perkebunan Kelapa Sawit Yang Perlu Anda Ketahui

7 Tantangan Adopsi Teknologi di Perkebunan Kelapa Sawit Yang Perlu Anda Ketahui
189 View • 01 Juli 2024 • Picture by : freepik.com


Perkebunan kelapa sawit merupakan bisnis sektor pertanian yang cukup menjanjikan, mulai dari perkebunan masyarakat, plasma koperasi, perusahaan perorangan maupun perusahaan BUMN, jika di lihat akhir - akhir ini memang tingkat harga tbs dan penjualan cpo cukup stabil, dan ini menjadi nilai penting untuk kedepannya dalam mengembangkan bisnis perkebunan kelapa sawit.

Faktor bisnis lain yang menjadi perhatian di perkebunan kelapa sawit adalah terkait adopsi sistem teknologi yang mengelola data mulai dari hilir hingga ke hulu, jika kita melihat perusahaan - perusahaan yang sudah mapan dan memiliki sistem yang sudah terintegrasi memang tidak mudah, mulai dari proses panen, kemudian payroll, gudang, pembelian dan keuangan.

Baca juga Cara Hitung Biaya Kendaraan di Workshop Traksi Perkebunan Sawit

Untuk membangun sebuah sistem yang terintegrasi itu memang tidak mudah, dan menjadi tantangan tersendiri, pasalnya banyak sekali yang harus di tata ulang terkait tata kelola penggunaan data dan laporan saat ini, yang awalnya menggunakan format excel masing - masing, maka jika menggunakan sistem akan seragam semuannya, sesuai dengan bagian dan unit.

Berikut dibawah ini 7 Tantangan Adopsi Teknologi di Perkebunan Kelapa Sawit Yang Perlu Anda Ketahui.




1. Biaya Tinggi


Untuk membangun sebuah sistem di perkebunan kelapa sawit yang terintegrasi dengan semua modul seperti bagian payroll, gudang, pembelian, kebun, traksi, produksi pabrik, penjualan dan keuangan ini membutuhkan effort dan biaya cukup tinggi, selain sistem, infrastruktur jaringan, pengadaan alat komputer, internet dan digitalisasi timbangan. Biaya tinggi memang tidak menyeluruh hanya sistemnya saja, akan tetapi semua yang mendukung terkait aplikasi yang di gunakan, dan biaya yang di keluarkan cukup tinggi.

Selain adopsi teknologi di perkebunan kelapa sawit, sdm juga harus di dukung, terkait orang yang mengerti bagian jaringan maupun sistem yang di gunakan, misalkan hal - hal kecil seperti jaringan tidak terkoneksi, printer dan sebagainya, biasanya ini di sebut IT - Support.




2. Penolakan Perubahan Manual ke Sistem Baru


Penyesuaian sistem lama ke yang baru itu tidak mudah, karena merubah kebiasaan dan budaya kerja di perkebunan kelapa sawit itu masih banyak mengadopsi tradisional, mulai dari kegiatan panen maupun pemeliharaanya, dengan adanya sistem baru biasanya tidak bisa serta merta dapat di gunakan, harus ada penyesuaian dan ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

Penolakan ini biasanya terkait kebiasaan orang bekerja, karena mungkin mereka menganggap jadi masalah baru, dimana selama ini mereka menggunakan kebiasaan kerjaan lama berjalan normal walaupun masih menggunakan sistem manual, selain itu dengan adopsi sistem baru kita harus upgrade ilmu terkait dengan sistem baru dan mempelajari hal teknologi baru.




3. Infrastruktur Teknologi Terbatas


Kita tahu untuk adopsi teknologi baru di perkebunan kelapa sawit itu tidak mudah, karena banyak sekali stakeholder baik itu sdm maupun infrastruktur, dimana yang kita tahu bahwa daerah perkebunan kelapa sawit memiliki jakauangan yang sulit, seperti daerah perdalaman, didaerah pedalam ini tentu membutuhkan infrastruktur jaringan seperti tower, karena daerah - daerah terpencil tidak ada jaringan yang benar - benar stabil.

Selain jaringan, perangkat - perangkat pendukung seperti server, komputer, laptop, printer dan alat penunjang lainnya yang jumlahnya memang cukup banyak, misalkan untuk kebutuhan krani divisi, krani gudang, krani traksi, ktu lain sebagainya. Selain komputer, ada juga perangkat timbangan kebun, dimana fungsinya ini untuk digitalisasi timbangan.




4. Penyesuaian Sistem Yang Rumit


Penyesuaian ini biasanya mengacu pada kebiasaan pekerjaan yang sudah berjalan, adopsi sistem baru membuat banyak penyesuaian, yang tentunya ini melibatkan semua stakeholder yang ada, karena sistem yang di bangun biasanya harus menyesuaikan, dan ini tergantung dengan kesepakatan teknologi yang di bangun, misalkan saja sistem penggajian di kebun, ini tentu berbeda dengan penggajian di perusahaan lain, di perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki penggajian yang rumit, mulai dari premi pemanen, premi pengawas, premi traksi dan lainnya.

Belum lagi penyesuaian sistem yang tidak sesuai dengan standar perhitungan upah, karena hal - hal kecil harus di hitungan dan di masukkan ke dalam sistem, dan itu semua tidak mudah di jabarkan dan di sesuaikan kedalam sistem, dan memang tidak semuanya itu harus di kerjakan menggunakan sistem, ada kalanya memang di manualkan.




5. Resiko Keamanan Siber


Tantangan selanjutnya adalah terkait serangan siber, kita tahu bahwa belakangan ini sistem pemertintahan kita terkena serangan hacker, hal ini tentu membuat kita selalu was - was, karena kebanyakan sistem itu sudah dilakukan secara online lewat cloud computing, jadi data yang tersimpan diserver rawan di curi hacker, untuk keamanan yang lebih, biasanya juga membutuhkan teknologi dan sistem keamanan yang baik pula, misalkan anti virus, firewall, filter jaringan dan backup data harian.




6. Ketergantungan akan Teknologi


Apabila perusahaan Anda menggunakan mengadopsi teknologi, baik itu jaringan internet maupun sistem, maka Anda akan membutuhkan infrastruktur jaringan internet, jika tidak ada internet maka sistem tidak bisa berjalan alias terputus, maka dari itu kita membutuhkan jaringan internet, dan saat ini sudah mejadi hal yang lumrah untuk koneksi internet.

Sebagian besar yang menggunakan adopsi teknologi pastinya bakal ketergantungan, karena secara sistem sudah berjalan otomatis, dan semua di kerjakan dengan bantuan komputer, jadi apabila ada masalah dengan komputer maka akan bermasalah juga sistem yang di gunakan.




7. Kebijakan dan Regulasi Pemerintah


Tantangan terakhir adalah terkait kebijakan dan regulasi pemertintah, yang mengharuskan adopsi teknologi, agar pelaporan bia di lakukan secara online, selain itu regulasi pemerintah yang mengharuskan perkebunan kelapa sawit mendukung digitalisasi guna untuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang baik di segala bidang industri khususnya di perkebunan kelapa sawit.





Demikian tips dan ulasan tentang 7 tantangan adopsi teknologi di perkebunan kelapa sawit, terima kasih juga telah berkunjung di blog kami, semoga bermanfaat.





Penulis
Jumadi
Sumatra, Indonesia Jumadi adalah seorang IT Konsultan di Bidang Perkebunan Kelapa Sawit yang berasal dari Kota Medan, Sumatra ia merupakan lulusan Teknik Informatika di STMIK AKAKOM Yogyakarta, yang kini menjadi Universitas UTDI, ketertarikan menulis menjadi salah satu inspirasi untuk berbagi informasi dan ilmu pengetahuan dari pengalaman bekerja. Dengan pengalaman tersebut Jumadi menyempatkan di sela - sela waktu luang dengan menulis konten artikel SEO yang mengutamakan originalisasi. Hampir semua topik konten di sukai, mulai tentang iptek, otomotif, olahraga, pertanian, gadget dan pendidikan. Saat ini ia bekerja sebagai IT Konsultan di salah satu perusahaan pengembang software perkebunan kelapa sawit.
in

Artikel Terkait



Ada 0 Komentar di "7 Tantangan Adopsi Teknologi di Perkebunan Kelapa Sawit Yang Perlu Anda Ketahui"


Tinggalkan Komentar Disini