Perbedaan Sawit Kampung dengan Sawit Kebun

Perbedaan Sawit Kampung dengan Sawit Kebun
1.3 K View • 09 Juli 2020
Picture by : # • Post by : Admin@wirneet


Istilah sawit kebun sudah menjadi hal biasa ditelinga masyarakat kita, bahwa sawit kebun itu artinya sawit yang dikelola oleh perusahaan swasta maupun BUMN. Sawit adalah salah satu komoditas utama di Indonesia khususnya di pulau Sumatra dan Kalimantan, tidak heran bila kita melintas di jalanan sumatra maka terdapat pohon sawit kanan dan kiri.
Keberadaan sawit masyarakat saat ini ditopang oleh pabrik pabrik kelapa sawit swasta yang tidak memiliki kebun sendiri, dimana mereka menerima hasil dari kebun masyarakat. Hampir setiap kepala keluarga didaerah sumatra memilki kebun sawit sendiri minimal 1 ha, lokasi kebun masyarakat juga jauh dari lokasi perkampungan maupun daerah perkotaan, karena area sawit masyarakat itu di daerah lokasi pinggiran setelah melewati kebun sawit milik swasta maupun BUMN.

Sawit kampung berbeda dengan sawit kebun yang dikelola secara perseroan, dimana ada memiliki perbedaan. Berikut dibawah ini perbedaan sawit kampung dengan sawit kebun.





Standar Panen

Sawit yang dikelola masyarakat tidak memiliki standar dan ketentuan dalam hal melakukan produksi panen. Setiap panen buah kampung tidak harus memiliki kriteria seperti harus ada yang brondol dahulu, asal kelihatan sudah kuning kemerahan langsung bisa dipanen. Mengapa langsung dipanen tanpa harus menunggu ada yang brondol? Karena buah yang dipanen tidak langsung ditimbang oleh agen, biasanya nginap 1 hari, sukur sukur hari itu juga bisa ditimbang. Jika sudah nginap 1 hari maka bobot akan berkurang dan jika banyak brondol maka bjr akan turun dan petani sawit bisa rugi, maka dari itu panen buah lebih awal sebelum brondol. Berbeda dengan sawit kebun, mereka memiliki standar dan kriteria buah itu harus dapat dipanen, seperti harus brondol mipil jatuh kebawah.



Buah Hitam / Mengkal

Penulis sendiri adalah orang kampung yang pernah menyaksikan dan ikut merasakan panen sawit, beberapa ada pemanen sawit yang sering melakukan kesalahan dalam hal memanen, contohnya untuk melihat buah yang sudah matang dari ketinggian pohon sawit biasanya hanya di gerset menggunakan dodos maupun egrek baru dapat melihat keadaan buahnya, beberapa pemanen tidak memahami buah mengkal alhasil asal terlihat daging buahnya kuning langsung dipanen walaupun memang bisa diterima dan dijual oleh agen sawit. Alasan kenapa lebih memilih di panen? Apabila menunggu 10 hari kedepan maka akan terjadi brondol, rotasi panen sawit kampung itu biasanya 10 sampai dengan 15 hari, tergantung dengan luasan. Bila panen sawit di kebun yang dikelola oleh perusahaan, didapati panen buah mengkal atau belum matang maka akan kena denda, bila ketinggalan juga kena denda , karena belum memenuhi kriteria standar buah dipanen.

Tidak semua panen sawit kampung melakukan hal ini, beberapa masyarakat sudah paham tentang standar buah di panen, karena bila terdapat buah masih mengkal akan disortir oleh agen / tengkulak, apabila tidak di sortir maka saat masuk di pabrik kelapa sawit akan di pulangkan / tidak diterima tandan tersebut.



Kadar Minyak

Kadar minyak pada buah sawit tergantung dari kualitas buah, buah sawit kampung biasanya memiliki kadar minyak rendah, karena buah kampung tidak selalu bagus ada sedikit mengalami penurunan, hal ini disebabkan hasil yang dipanen dari setiap masyarakat berbeda beda, bisa jadi ada yang kurang perawatan, kurang pupuk dan tidak memiliki standar perawatan. Berbeda dengan sawit kebun yang memiliki kualitas kadar minyak yang baik, dan rata rata buah yang dipanen memiliki jenis kesamaan varietas buah, apalagi dari segi perawatan dan pemupukan mereka sangat dikontrol. 



Produksi Panen

Hampir seluruh petani sawit yang dikelola masyarkat mengalami masalah produksi, karena banyaknya pohon sawit yang tidak maksimal buahnya apalagi ditambah bila sudah tiba masa trek, inilah yang dikhawatirkan bagi para penyedia pengolahan pabrik kelapa sawit yang bergantung pada buah masyarakat, yang tidak memiliki kebun sendiri.



Perbedaan ini tidak menjadikan petani sawit kampung mengalami kerugian yang berarti, karena komoditas ini masih menjadi andalan dikalangan para pengusaha kelapa sawit, terbukti bahwa masih banyak pabrik kelapa sawit yang membutuhkan. Selain itu harga tbs sawit menjadi salah satu bukti bahwa masih tetap bertahan bagus, walau terkadang bisa saja mengalami anjlok.

Kenapa produksi sawit kampung itu relatif rendah? Dikarenakan mereka tidak mampu menutupi ongkos / biaya perawatan seperti pupuk untuk meningkatkan produksi, hal ini masih banyak di keluhkan oleh masyarakat kita yang memiliki kebun 1 ha sampai dengan 2 ha belum dapat membagi hasil panennya ke perawatan, informasi ini penulis dapatkan saat ikut bekerja dalam panen sawit di kampung.



Demikian informasi ini kami bagikan, Terima kasih telah berkunjung di artikel kami, Semoga menambah wawasan yang bermanfaat






Penulis
Jumadi
Sumatra, Indonesia Jumadi adalah seorang IT Konsultan di Bidang Perkebunan Kelapa Sawit yang berasal dari Kota Medan, Sumatra ia merupakan lulusan Teknik Informatika di STMIK AKAKOM Yogyakarta, yang kini menjadi Universitas UTDI, ketertarikan menulis menjadi salah satu inspirasi untuk berbagi informasi dan ilmu pengetahuan dari pengalaman bekerja. Dengan pengalaman tersebut Jumadi menyempatkan di sela - sela waktu luang dengan menulis konten artikel SEO yang mengutamakan originalisasi. Hampir semua topik konten di sukai, mulai tentang iptek, otomotif, olahraga, pertanian, gadget dan pendidikan. Saat ini ia bekerja sebagai IT Konsultan di salah satu perusahaan pengembang software perkebunan kelapa sawit.
in

Artikel Terkait


Ada 0 Komentar di "Perbedaan Sawit Kampung dengan Sawit Kebun"


Tinggalkan Komentar Disini